Jumat, 18 Desember 2009

Bisnis yang Kian Menarik - Asuransi Syariah

Febry Mahimza, Windarto, dan Eko Zulham


PASAR asuransi syariah memang masih mungil. Menurut catatan Muhaimin Iqbal, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), total aset asuransi syariah pada semester I kemarin hanya Rp 967,458 miliar. Sangat njomplang jika dibanding asuransi jiwa konvensional yang telah mencapai Rp 18,271 triliun. Karena pasarnya yang belum berkembang itulah yang membuat perusahaan asuransi berskala global tergiur untuk terjun ke sini. Setelah PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia meluncurkan produk syariahnya pada Maret silam, kini giliran PT Prudential Life Indonesia mengayunkan langkah serupa.

Tak tanggung-tanggung, Prudential langsung menyisihkan duitnya sebesar Rp 37 miliar sebagai modal awal. Sebagai langkah awal, ada tiga produk asuransi berbasis unit link yang ditawarkan, yakni Prulink Syariah Rupiah Equity Fund, Prulink Syariah Rupiah Managed Fund, dan Prulink Syariah Fixed Income Fund. ”Modal sebesar Rp 37 miliar itu sebagai bukti keseriusan kami menggarap asuransi syariah,” kata Kevin Holmgren, Presdir PT Prudential Life Indonesia.

Seorang agen pemasar Prudential bertutur, hanya dalam tempo sebulan, sudah ada ratusan nasabah yang berhasil dijaring. ”Tak hanya orang Islam saja yang tertarik, orang beragama lain juga banyak yang membeli produk ini,” ujarnya.

Saat dikonfirmasi, Direktur Keuangan Prudential Willian Kwan, enggan mengomentari hal tersebut. Ia mengaku, setelah dipasarkan selama dua bulan, saat ini sebagian besar nasabah Prudential syariah lebih memilih Prulink Syariah Rupiah Managed Fund, yang merupakan kombinasi antara equity dan fix income. ”Sekitar 70% nasabah syariah kami memilih produk tersebut,” tuturnya.

Tak mau kalah, PT BNI Life Insurance Divisi Syariah juga bersiap-siap meluncurkan produk barunya, awal Desember ini. Ada tiga macam unit link yang ditawarkan. Pertama, unit link syariah Optima yang memberikan return hingga lebih dari 15%, unit link syariah seimbang dengan return 11%-12%, dan unit link stabil yang memberikan return antara 9%-10% per tahun. ”Tiga produk itu dipasarkan melalui dua jalur, yakni lewat agen pemasar dengan label B-Life Investlink Syariah dan co-branding dengan Bank BNI (B-Life Amanah Investa),” tutur Ario Soesatio Adji, Kepala Divisi Syariah PT BNI Life Insurance.

Kendati pemasarannya baru akan digeber awal tahun depan, Ario optimistis mampu menjual 500 ribu polis dengan premi hingga Rp 10 miliar. Soalnya, pemasaran produk-produk ini didukung langsung oleh Bank BNI serta 500 agen yang tersebar di 15 kantor cabangnya. ”Saya yakin target itu akan tercapai akhir 2008. Saat ini dana kelolaan kami sudah mencapai Rp 10 miliar atau tumbuh lebih dari 200%,” paparnya.
Menurut Muhaimin Iqbal, banyak investor yang tertarik terjun ke asuransi syariah karena pertumbuhan bisnisnya cukup pesat. Pada semester I kemarin saja, pertumbuhan bisnis asuransi syariah mencapai 83,06% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Itulah yang mendorong asuransi asing pun ikut masuk ke segmen ini. Perkara total asetnya yang masih tertinggal jauh dari konvensional, kata Muhaimin, lantaran modal minimal yang dipatok pemerintah terlalu kecil, hanya Rp 2 miliar. ”Agar bisa berkembang, mestinya modal minimal asuransi syariah ditetapkan Rp 20 miliar,” ujarnya.

Sudah begitu, produk-produk yang dijajakan perusahaan-perusahaan itu juga nyaris seragam. ”Sebagian besar masih mirip produk konvensional. Yang diubah hanya proses akadnya saja,” lanjut Muhaimin. Akibatnya, yang terjadi bukanlah membesarkan pasar, melainkan saling berebut pasar yang sudah ada. 

Sumber :
http://www.majalahtrust.com/ekonomi/keuangan/1580.php
18 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar